Studi Kasus Bisnis 1


STUDI KASUS PADA PENARIKAN JUTAAN MAINAN
MATTEL, Inc. DARI RETAILER DI 2007

Based                     : The Weakest Link, Closing Case of Ch 17 International Operation Management,
International Business 6th ed, Pearson, 2010, p. 532

1. Profil Singkat Perusahaan

Mattel, Inc. adalah perusahaan mainan anak-anak dengan variasi produk yang sangat luas dan target penjualan pada pasar internasional. Mattel adalah pemilik brand mainan ternama seperti Barbie, Hot Whells, Fisher-Price, Sesame Street, America Girl. Perusahaan yang bermarkas di California, Amerika Serikat ini pada tahun 2006 membukukan penjualan di luar Amerika Serikat sebesar $2,8 miliar, hampir separuh dari total penjualannya sebesar $5,7 miliar. Mattel berada di peringkat ke 403 dari peringkat Fortune 500 yang diterbitkan oleh Forbes.

Seperti mayoritas perusahaan Amerika, produk Mattel rata-rata diproduksi di Cina, baik fasilitas yang dimilikinya atau dengan mengontrak perusahaan mainan lokal. Produk tersebut langsung dijual ke konsumen melalui rantai pasok distribusi perusahaan ritel.

2. Pengantar Kasus

Salah satu aspek bisnis internasional dalam manajemen operasi internasional adalah supply chain, dimana perusahaan dapat memotong biaya, memfokuskan sumber daya dan core competency-nya, dan menurunkan harga produknya ke konsumen. Namun supply chain adalah aspek yang sangat kompleks dan memakan biaya yang tidak murah untuk membangun pondasi awalnya. Perusahaan perlu memerhatikan faktor berikut:

  1. Pemasok yang bisa diandalkan
  2. Jadwal distribusi yang terkordinasi
  3. Pengawasan sekaligus pengendalian kualitas produk.

Apabila faktor tersebut diabaikan, maka bencana akan melanda perusahaan yang memiliki supply chain untuk operasi internasionalnya. Hal ini dialami oleh Mattel di tahun 2007.

Gambar 1 Pergerakan harga saham Mattel, Inc. di indeks NASDAQ pada Agustus 2007
sumber: www.nasdaq.com

Mattel terpaksa menarik jutaan mainannya dari retailer karena cat yang digunakan untuk mewarnai mainanya terindikasi mengandung timbal. Racun timbal sangat berbahaya untuk kesehatan, keracunan timbal dapat menyebabkan ketulian, kerusakan sistem saraf, dan terhambatnya pertumbuhan terutama anak-anak. Namun cat timbal tetap digunakan oleh beberapa pabrikan Cina yang nakal karena kelebihannya yang cepat kering, dan tahan terhadap jamur sehingga menurunkan ongkos yang dikeluarkan untuk produksi. Penggunaan timbal untuk cat rumah dan cat mainan sudah dilarang di Amerika Serikat sejak tahun 1978.

Cina juga melarang penggunaan timbal pada cat rumah dan cat untuk mainan. Namun mainan yang ditarik dari pasar kebanyakan dibuat di Cina, tepatnya di Provinsi Guangdong. Kurangnya pelaksanaan regulasi dan kontrol dari pemerintah menjadi akar dari maraknya penggunaan timbal pada cat dan berbagai produk di Cina. Hal ini diamini oleh pejabat kesehatan Cina yang mengatakan bahwa anak-anak di Cina memiliki kadar timbal yang tinggi di darahnya, bahkan studi kesehatan yang dilakukan oleh Universitas Peking pada tahun 2004 mengindikasikan bahwa 34% anak muda di Cina memiliki kadar darah yang berada di atas level aman WHO. Oleh karena itu sebuah Lembaga Konsumen Amerika melakukan sebuah audit independent dan menemukan bahwa mainan-mainan yang dijual yang berasal dari Cina mengandung timbal.

Mattel adalah salah satu perusahaan yang terjerat skandal cat timbal pada mainan, mereka terpaksa melakukan penarikan 83 model mainan Fisher-Price dan berbagai model mainan lainya yang secara keselurahan mencapai 19 juta unit mainan. Hal ini karena perusahaan tidak melakukan kontrol secara periodik dan hanya sekali melakukan pengujian untuk mengecek kadar timbal pada mainannya.

Sebagian Mainan Mattel yang ditarik dari pasar diproduksi oleh kontraktornya, Lee Der Industrial Co. Mereka sudah memiliki hubungan bisnis selama 15 tahun sehingga Mattel mempercayai Lee Der untuk melakukan kontrol terhadap kualitas mainan yang dihasilkannya. Mattel juga melakukan audit secara acak terhadap laporan-laporan hasil pengujian lab dan mainannya. Masalahnya berada pada supplier cat yang dimiliki oleh Lee Der yang tidak berada dalam kontrol Mattel, dan kontraktor tersebut tidak sadar bahwa  pemasok memasok cat yang mengandung timbal. Lee Der sebenarnya memiliki mesin pendeteksi timbal, namun mesin tersebut gagal menjalankan fungsinya.

Saat berita penarikan 1 juta mainan dan pencabutan izin ekspor oleh Pemerintah Cina sampai ke telinga pemilik Lee Der Co, Zhang Shuhong. Dua hari berselang mayatnya ditemukan tergantung tak bernyawa di dalam gudang pabrik. Pegawainya mengatakan bahwa bosnya adalah korban dari pemasok yang jahat dan lemahnya regulasi pemerintah. Skandal ini merugikan Mattel dengan biaya penarikan mencapai $30 juta, dan Mattel harus menghadapi tuntutan dari kejaksaaan yang mewakili perlindungan konsumen dan retailer.

Banyak importir mainan yang berasal dari Cina tak terkejut dengan berita ini. Contohnya McDonald’s, mengamini bahwa masalah cat timbal ini sudah sangat lazim. Oleh karena itu mereka memonitor seluruh rantai pasok cat yang digunakan oleh kontraktornya. Tapi skandal Mettel ini membuka tabir bahwa sistem tersebut memiliki celah. Rumor menyebutkan bahwa tekanan kepada pabrikan asal Cina untuk memproduksi barang dengan biaya yang murah adalah biang keladi dari skandal ini, jika perusahaan tersebut tak mampu memproduksi dengan biaya yang diharapkan oleh importir, maka kontrak mereka dibatalkan dan berpindah ke kontraktor lainnya. Penentuan harga juga semakin sulit dengan meroketnya harga bahan baku produksi dan lahan di Guangdong.

Pada akhirnya, September 2007, Mattel meminta maaf secara terbuka, mengatakan bahwa skandal ini terjadi karena kelalaian mereka. Kepala Biro Pengawasan Kualitas Inspeksi dan Karantina (AQSIQ) Cina, Li Changjiang, tak hanya menyalahkan lemahnya tindakan quality control yang dilakukan Mattel, tetapi juga menyalahkan lemahnya regulasi dari pemerintah turut mengambil andil dari bencana cat timbal ini sehingga merusak reputasi negaranya di mata Internasional.

Di Amerika Serikat sendiri, Advokasi perlindungan konsumen mengatakan bahwa Komisi Pengawasan Produk Konsumen (CPSC) seharusnya lebih memperketat lagi pengujian terhadap berbagai barang impor yang masuk ke AS, tetapi CPSC mengatakan bahwa kurangnya anggaran dan batasan kewenangan menjadi kendala untuk melakukan hal tersebut. Kepala CPSC, Nancy Nord, mengatakan bahwa pihaknya tidak memiliki otoritas untuk mengawasi pasar global. Namun Alan Hassenfeld, Direktur Hasbro’s, berpendapat lain. Menurutnya harus ada badan internasional yang mengeluarkan standar dan regulasi internasional. Sehingga perusahaan manufaktur hanya perlu mengikuti standar internasional tersebut dan mengurangi biaya dan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengendalikan mutunya.

3. Analisis

Manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang digunakan suatu organisasi untuk mentransformasi berbagai macam input (bahan baku, tenaga kerja, dan sebagainya) menjadi sebuah produk atau jasa. Pada gambar 3 yang meilustrasikan proses manajemen operasi internasional. Manajemen operasional juga erat kaitanya dengan masalah kualitas, produktifitas, dan teknologi informasi karena sebuah barang dan jasa yang bernilai dihasilkan dari sistem operasi manajemen perusahaan yang baik.

Gambar 3 Proses Manajemen Operasi Internasional
sumber: International Business 6th ed, Pearson
Konteks strategis
> Diferensiasi
> Cost leadership
> Fokus

v

 

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan ilustrasi tersebut, bisa diuraikan bahwa Mattel mempunyai konteks strategis cost leadership dengan produk yang terdiversifikasi. Terbukti dengan banyaknya brand yang dimiliki oleh Mattel, Inc. yaitu Barbie™, Hot Whell™, Fisher-Price™ dan berbagai macam mainan yang disukai anak-anak.

Mattel memiliki masalah pada supply chain, dimana salah satu kontraktornya memproduksi mainan yang mengandung timbal, senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Hal ini disebabkan kurangnya kontrol terhadap kualitas dan terlalu tingginya kepercayaan Mattel terhadap kontraktornya yang telah menjadi partner bisnis lebih dari 15 tahun lamanya.

Cina merupakan negara yang potensial dimana upah tenaga kerja sangat murah sehingga banyak perusahaan multi-nasional berbondong-bondong untuk mendapatkan kontrak dengan perusahaan lokal atau membangun fasilitas milik perusahaan sendiri di Cina. Namun, regulasi pemerintah yang lemah membuat operasi bisnis di Cina sangat riskan. Oleh karena itu perlu ada upaya komunikasi dengan para pejabat Cina agar regulasi di negara itu bisa diperbaiki.

Pembuatan standard kualitas internasional sangat tidak perlu karena sudah ada lembaga yang mengeluarkan ISO:9001 yang mengatur kualitas suatu produk. Setidaknya ISO:9001 menjadi syarat minimal sebuah pabrikan untuk beroperasi.

Referensi:

http://www.nytimes.com/2007/08/15/business/worldbusiness/15imports.html

http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2007/08/13/AR2007081300010.html

 

 


Leave a Reply